Farih.co.id
Home umum Arti Munggahan Sebelum Puasa Menjelang Ramadhan

Arti Munggahan Sebelum Puasa Menjelang Ramadhan

Makna dan Arti Munggahan Sebelum Puasa Ramadhan

Menjelang bulan suci Ramadhan, banyak aktivitas dan tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia. Kita sering mendengar istilah tradisi munggahan menjelang puasa, namun belum mengetahui maksud dari istilah tersebut. Jadi tradisi ini membuat kita sedikit penasaran.

Tradisi ini sebenarnya sangat populer di kalangan masyarakat Jawa Barat, khususnya Bandung. Kegiatan ini selalu dipertahankan setiap tahunnya sehingga menjadi ciri khas daerah Bandung saat menyambut bulan Ramadhan. Jadi tradisi ini sangat-sangat melekat pada masyarakat disana.

Picsart 23 12 23 10 23 06 017 e1703504426612

Biasanya tradisi ini dilakukan pada akhir bulan Sya’ban menjelang tibanya Ramadhan dan sudah dilakukan secara turun temurun di masyarakat Sunda. Sebenarnya bentuk tradisi serupa ini juga dilakukan di berbagai tempat khususnya Pulau Jawa, hanya saja dengan istilah adatnya yang berbeda.

Misalnya Punggahan disebut Punggahan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Megangan disebut oleh masyarakat Jawa Timur. Tentu saja tradisi unik ini akan menjadi topik menarik jika kita bahas pada artikel kali ini. Nah, bagi pembaca yang penasaran dengan tradisi ini bisa membaca ulasannya berikut ini.

Asal Usul Istilah Tradisi Munggahan Jelang Datangnya Bulan Suci Ramadhan

Munggahan merupakan tradisi masyarakat Muslim Sunda menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilakukan pada akhir bulan Sya’ban. Bentuk pelaksanaan tradisi masyarakat ini sebenarnya sangat bervariasi dan biasanya dilakukan satu atau dua hari sebelum bulan Ramadhan.

Munggahan sendiri diambil dari bahasa Sunda yaitu upload yang artinya naik atau bertambah. Jika dijelaskan berarti naik ke bulan suci atau derajat yang lebih tinggi. Dengan kata lain, munggahan berarti perubahan ke arah yang lebih baik dari bulan Sya’ban ke Ramadhan.

Tradisi munggahan dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah membersihkan diri dari hal-hal buruk selama setahun sebelumnya. Selain itu, tradisi ini juga dilakukan untuk menghindari perbuatan buruk selama bulan puasa Ramadhan.

Sehingga Muggahan ini menjadi sebuah tradisi yang bisa dikatakan mempunyai tujuan yang baik. Apalagi tradisi ini biasanya dilakukan saat acara kumpul keluarga besar. Tradisi ini akan menambah dan mempererat tali silaturahmi antar keluarga jauh yang mungkin jarang bisa kita jumpai.

Namun tradisi seperti ini tetap bisa dilestarikan namun jangan berlebihan dalam pelaksanaannya. Jadi, tradisi ini bukanlah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan saat mendekati bulan suci Ramadhan. Dengan demikian, muggahan menjadi sebuah tradisi yang masih dilestarikan dan dilaksanakan dengan baik.

Baca juga: Ide jualan kekinian saat bulan puasa dengan modal kecil

Makna dan Makna Munggahan Sebelum Puasa Ramadhan

Makna dan Makna Munggahan Sebelum Puasa RamadhanMakna dan Makna Munggahan Sebelum Puasa Ramadhan

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, Munggahan berarti pendakian ke tempat yang tinggi atau ke tempat yang lebih mulia yang dilakukan pada bulan Sya’ban menjelang Ramadhan. Tradisi ini sebenarnya sudah banyak diperdebatkan oleh para ulama yang berbeda pendapat mengenai tradisi sebelum berpuasa ini.

Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah melakukan berbagai tradisi seperti munggahan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Apalagi pendapat tersebut juga didukung dengan belum adanya sejarah yang menjelaskan adanya tradisi serupa menyambut Ramadhan.

Oleh karena itu, para ulama menghimbau agar masyarakat tidak berlebihan dalam melakukan tradisi seperti ini menjelang bulan Ramadhan. Namun tradisi ini bisa terlaksana jika tujuannya adalah untuk tetap bersilaturahmi dengan kerabat dekat maupun jauh serta saling memaafkan menjelang bulan Ramadhan.

Yang tidak boleh dilakukan adalah mengucilkan tradisi-tradisi tertentu seperti munggahan dengan mengaitkannya pada momen-momen tertentu yang sama sekali tidak ada petunjuknya dari Nabi. Sementara itu, Ketua DKM PWNU Jabar KH Ahmad Dasuki menjelaskan ada beberapa pembelajaran sebagai berikut.

  1. Sebagai kesempatan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  2. Sebagai bentuk rasa syukur.
  3. Acara kumpul bersama sanak saudara.
  4. Sebagai momen untuk saling memaafkan.

Biasanya Munggahan ini dilakukan dengan cara berkumpul bersama keluarga besar atau ziarah ke makam. Jadi kegiatan ziarah kubur juga bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa suatu saat nanti kita akan berada pada posisi yang sama dengan nenek moyang kita yang telah meninggal dunia sebelumnya.

Baca juga: Bacaan Doa Ziarah Kubur di Bulan Ramadhan (Arab & Latin)

Proses pelaksanaan tradisi Munggahan yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Proses pelaksanaan tradisi Munggahan yang biasa dilakukan oleh masyarakatProses pelaksanaan tradisi Munggahan yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, tradisi munggahan ini dilakukan dengan cara berziarah ke makam. Masyarakat yang menjalankan tradisi ini biasanya mengirimkan doa kepada leluhurnya yang telah meninggal dunia dengan tujuan untuk mensyukuri masih bisa menikmati Ramadhan tahun itu.

Proses pertama ini biasanya dilakukan pada saat Nisfu Sya’ban, yaitu ketika masyarakat berziarah ke makam orang tua dan leluhurnya dengan membawa bunga yang disebut kembang setaman dan membawa air dalam kendi atau menggunakan air dalam wadah untuk membuat makanan orang tuanya dan nenek moyang terlihat lebih rapi.

Kemudian ada proses membersihkan diri dengan cara mandi atau mandi wajib untuk mendapatkan hasil yang bersih. Masyarakat Kota Bandung biasa melakukan prosesi ini dengan pergi ke tempat rekreasi atau pemandian umum yang ada di kawasan Garut.

Setelah itu, ada proses-proses adat utama yang biasa dilakukan masyarakat dalam munggahan. Prosesnya adalah makan bersama yang biasa dilakukan satu hingga dua hari sebelum memasuki bulan Ramadhan. Proses ini tentunya bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga.

Biasanya menu makanan dalam tradisi munggahan ini adalah nasi, rendang, semur daging, bihun tumis, dan jajanan seperti rangginang, wajik, dan uli. Tentunya menu-menu makanan tersebut merupakan wujud rasa syukur karena telah diberikan rezeki yang berlimpah dari Allah SWT.

Baca juga: Niat Puasa Melunasi Hutang Ramadhan & Puasa Senin Kamis

Beberapa tradisi daerah lain yang mirip dengan Munggahan

Beberapa tradisi daerah lain yang mirip dengan MunggahanBeberapa tradisi daerah lain yang mirip dengan Munggahan

Setelah mengetahui secara lengkap mengenai pengertian munggahan menjelang puasa, tentunya pembaca dapat memahami apa yang disampaikan. Namun tahukah Anda bahwa di daerah lain terdapat tradisi serupa yang memiliki istilah berbeda? Yap, dengan keberagaman suku dan budaya, tidak menutup kemungkinan kita bisa menemukannya di daerah lain.

Padahal, seperti telah disebutkan sebelumnya, di wilayah Pulau Jawa terdapat istilah yang berbeda-beda di setiap provinsi. Hal ini memungkinkan tradisi ini juga ada di daerah lain di luar Pulau Jawa dengan istilah berbeda yang proses pelaksanaannya serupa.

Nah, pada artikel kali ini kami telah merangkum beberapa tradisi serupa yang terdapat di daerah lain. Bagi pembaca yang penasaran dengan pembahasan kali ini, lanjutkan membaca artikel ini hingga selesai.

  1. Megibung : Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Islam Bali menjelang bulan puasa dengan cara makan bersama diselingi bincang-bincang ringan. Dalam sekali makan, tradisi ini akan disantap sekitar 4-7 orang.
  2. Padusan : Masyarakat Islam Boyolali juga menjalankan tradisi yang disebut padusan. Tradisi ini dilakukan dengan cara mandi atau berendam di laut, air terjun atau sumber air yang dianggap suci untuk menyucikan diri.
  3. Balimau : Tradisi masyarakat Minangkabau ini dilakukan dengan cara mandi menggunakan jeruk nipis di sungai atau tempat pemandian. Tradisi ini bertujuan untuk menyucikan diri secara jasmani dan rohani.

Itulah beberapa tradisi sebelum puasa selain munggahan yang memiliki makna dan tata cara hampir mirip. Namun perlu diingatkan bahwa tradisi ini masih bisa dilestarikan, namun dengan tingkat implementasi yang memadai. Agar tidak mengundang perdebatan antar masyarakat kita.

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad