Benarkah aksi boikot berdampak pada ekonomi ISRAEL? Dikhawatirkan berdampak PHK masal, Begini Respon Bank Indonesia!

farih.co.id – Pasca serangan Israel ke Palestina memicu pergerakan di dunia, bahkan di Indonesia.
Berbagai kritik dan boikot dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat.
Namun boikot terhadap produk-produk yang dianggap pro-Israel di Indonesia memang mengkhawatirkan
Hal ini berdampak pada PHK akibat penurunan produksi dan penjualan produk.
Baca Juga: Bagaimana Cara Cek Produk Pro Israel dengan Mudah? Simpel dan cepat, simak penjelasannya agar tidak salah langkah!
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan,
jika produsen atau pemasok terus menderita akibat boikot, investasi mungkin terhenti dan pertumbuhan pasti tidak akan terjadi.
Menurut dia, PHK merupakan opsi yang harus dihadapi jika situasi terus memburuk.
Aksi boikot yang terus berlanjut dalam jangka panjang dikhawatirkan akan berdampak langsung pada produktivitas dan penjualan.
Baca Juga: Cara nonton video duckduckgo tidak menampilkan iklan sehingga bisa menonton tanpa gangguan.
Jika produk tidak laku di pasaran karena adanya aksi boikot,
Perusahaan retail tidak akan membeli dari produsen, yang kemudian akan mengurangi produksi.
Menurunnya produktivitas juga membuat pengusaha ragu membayar upah
Sebab, pertumbuhan angkatan kerja biasanya mencapai 2-3 persen setiap tahunnya.
Tanggapan Bank Indonesia
Bank Indonesia melalui Kepala Kantor Perwakilan BI NTB Berry A Harahap
awal pekan ini memperkirakan boikot terhadap Israel tidak akan berlangsung lama.
“Meski ada dampak jangka pendeknya,
Seperti yang kita lihat pada periode-periode sebelumnya, keadaan ini biasanya akan kembali ke kondisi normal.
“Meski memakan waktu, namun ini menjadi tantangan bagi dunia usaha,” ujarnya.
Berry menyoroti tingginya sentimen terhadap Israel di Indonesia saat ini,
Namun, ia yakin sentimen tersebut akan mereda seiring berakhirnya konflik Israel dan Palestina.
Meski memakan waktu beberapa bulan, kunjungan konsumen ke restoran cepat saji seperti McDonald’s diharapkan bisa pulih.***